PENDAHULUAN
Pada umumnya setiap peserta didik
ingin meraih keberhasilan dan kesuksesan dimasa yang akan datang setelah mereka
tamat dari bangku sekolah. Untuk meraih keberhasilan itu maka dibutuhkan konsep
diri yang baik, sebab tanpa adanya tujuan dan pembentukan konsep diri yang
tepat maka siswa akan mengalami kesulitan dalam memilih bakat dan minat yang
ada sesuai dengan kemampuannya.
Masalah-masalah rumit yang dialami
oleh peserta didik, seringkali dan bahkan hampir semua sebenarnya berasal dari
dalam diri. Mereka tanpa sadar menciptakan mata rantai masalah yang berakar
dari problem konsep diri.
Dengan kemampuan berpikir dan
menilai, peserta didik suka menilai yang macam-macam terhadap diri sendiri
maupun sesuatu atau orang lain dan bahkan meyakini persepsinya yang belum tentu
obyektif. Dari situlah muncul problem seperti inferioritas, kurang percaya
diri, dan hobi mengkritik diri sendiri.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis membatasi masalah yaitu
dengan membahas:
1.
Pengertian
konsep diri.
2.
Pembagian
konsep diri.
3.
Mengembangkan
perkembangan konsep diri.
4.
Pengaruh
konsep diri terhadap prestasi.
C.
Rumusan Masalah
Dari penulisan latar belakang makalah ini,
penulis ingin mengetahui beberapa permasalahan-permasalahan yang akan dibahas
dalam penulisan makalah ini, antara lain:
1.
Apa yang dimaksud dengan konsep diri?
2.
Apa
saja pembagian konsep diri?
3.
Apa
saja upaya mengembangkan perkembangan konsep diri?
4.
Bagaimanakah
pengaruh konsep diri terhadap prestasi?
D.
Tujuan Penulisan
Tujuan dari
penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengertian konsep diri.
2. Untuk mengetahui pembagian konsep diri.
3. Untuk mengetahui upaya mengembangkan
perkembangan konsep diri.
4. Untuk mengetahui pengaruh konsep diri terhadap presatasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Konsep
diri
Gb.1 : pertanyaan untuk mengetahui konsep diri
masing-masing orang
Menurut Baron
dan Byrne mengatakan konsep diri merupakan sekumpulan fungsi yang kompleks yang
berbeda yang dipegang oleh seseorang tentang dirinya.
Menurut William D. Broks mendefinisikan konsep diri adalah pandangan dan
perasaan tentang kita, yang bersifat psikologi, sosial, dan fisis.
Menurut Sulaeman, konsep diri adalah kesluruhan ide-ide dan sikap-sikap
seseorang sebagai apa dan siapa dia.
Suryabrata menyatakan konsep diri mempunyai empat aspek, yaitu bagaimana orang
mengamati dirinya sendiri, bagaimana orang berpikir tentang dirinya sendiri,
bagaimana orang menilai dirinya sendiri, bagaimana berusaha dengan berbagai
cara untuk menyampaikan dan mempertahankan diri.
Calhoun dan Acocela (1990) menyatakan konsep diri adalah gambaran mental
individu yang terdiri dari pengetahuannya
tentang diri sendiri, pengharapan bagi diri sendiri, dan penilaian
terhadap diri sendiri.
Konsep diri di dalam Islam, Allah SWT berfirman dalam Q.S. At-Taghabun ayat 16
yang artinya :
“Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut
kesanggupanmu dan dengarlah serta taatlah dan nafkahkanlah nafkah yang baik
untuk dirimu. Dan barangsiapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, maka
mereka itulah orang-orang yang beruntung.”
Dari uraian di
atas dapat disimpulkan pengertian konsep diri adalah cara individu memandang
dirinya secara utuh, baik fisikal, emosional, intelektual, sosial, dan
spiritual terhadap masyarakat, lingkungan maupun terhadap Tuhan Yang Maha Esa .
2.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri
Kerangka Menurut Stuart
dan Sudeen ada beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan konsep diri.
Faktor-faktor tersebut terdiri dari teori perkembangan Significant Other (orang yang terpenting atau yang terdekat ) dan Self Perception (persepsi diri sendiri).
a.
Teori Perkembangan
Konsep diri berkembang secara bertahap sejak lahir
seperti mulai mengenal dan membedakan dirinya dan orang lain. Dalam melakukan
kegiatannya memiliki batasan diri yang terpisah dari lingkungan dan berkembang
melalui kegiatan eksplorasi lingkungan melalui bahasa, pengalaman atau
pengenalan tubuh, nama panggilan, pengalaman budaya dan hubungan interpersonal,
kemampuan pada area tertentu yang dinilai oleh diri sendiri atau masyarakat
serta aktualisasi diri dengan merealisasi potensi yang nyata.
b.
Significant Other (Orang Terpenting atau Terdekat)
Konsep diri dipelajari melalui kontak dan pengalaman
dengan orang lain, belajar diri sendiri melalui cermin orang lain yaitu dengan
cara pandangan diri merupakan interpretasi diri pandangan orang lain terhadap
diri, anak sangat dipengaruhi orang yang dekat, remaja dipengaruhi oleh orang
lain yang dekat dengan dirinya, pengaruh orang dekat atau orang penting
sepanjang siklus hidup, pengaruh budaya dan sosialisasi.
c.
Self Perception (Persepsi Diri Sendiri)
Yaitu
persepsi individu terhadap diri sendiri dan penilaiannya, serta persepsi
individu terhadap pengalamannya akan situasi tertentu. Konsep diri dapat
dibentuk melalui pandangan diri dan pengalaman yang positif. Sehingga konsep
merupakan aspek yang kritikal dan dasar dari prilaku individu. Individu dengan
konsep diri yang positif dapat berfungsi lebih efektif yang dapat berfungsi
lebih efektif yang dapat dilihat dari kemampuan interpersonal, kemampuan
intelektual dan penguasaan lingkungan. Sedangkan konsep diri yang negatif dapat
dilihat dari hubungan individu dan sosial yang terganggu. Menurut Stuart dan
Sundeen penilaian tentang konsep diri dapat dilihat berdasarkan rentang-rentang
respon konsep diri, yaitu :
a.
Aktualisasi Diri
Aktualisasi
diri adalah pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan latar
belakang pengalaman yang nyata yang sukses dan diterima.
b. Konsep
Diri Positif
Konsep
diri positif apabila individu memiliki pengalaman yang positif dalam
beraktualisasi diri.
c. Harga
Diri Rendah
Harga
diri rendah adalah transisi antara respon konsep diri adaptif dengan respon
konsep diri maladaptif.
d. Kerancuan
Identitas
Kekacauan
identitas adalah kegagalan individu mengintegrasikan aspek – aspek identitas
masa kanak – kanak ke dalam kematangan aspek psikososial kepribadian pada masa
dewasa yang harmonis.
e. Depersonalisasi
Depersonalisasi
adalah perasaan yang tidak realistis dan asing terhadap diri sendiri yang
berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat membedakan dirinya
dengan orang lain.
B.
Pembagian Konsep Diri
Untuk Konsep diri terbagi menjadi beberapa
bagian. Pembagian konsep diri tersebut dikemukakan oleh Stuart dan Sundeen
(1991), yang terdiri dari :
1.
Pola Gambaran Diri (Body Image)
Gb. 2 : sering-seringlah berkaca untuk mengetahui
gambaran diri sendiri
Gambaran diri
adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar. Sikap
ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, dan fungsi
penampilan dan potensi tubuh saat ini dan masa lalu yang secara
berkesinambungan dimodifikasi dengan pengalaman baru setiap individu (Stuart
and Sundeen, 1991).
Sejak lahir individu mengeksplorasi bagian tubuhnya, menerima stimulus dari
orang lain, kemudian mulai memanipulasi lingkungan dan mulai sadar dirinya
terpisah dari lingkungan (Keliat, 1992).
Gambaran diri berhubungan dengan kepribadian. Cara individu memandang dirinya
mempunyai dampak yang penting pada aspek psikologisnya. Individu yang stabil,
konsisten dan realistis terhadap gambaran dirinya akan memperlihatkan kemampuan
yang mantap terhadap realisasi yang akan memacu sukses dalam kehidupan. Menurut
Potter dan Perry (2005), Body
image berkembang secara bertahap selama
beberapa tahun dimulai sejak anak belajar mengenal tubuh dan struktur, fungsi,
kemampuan dan keterbatasan mereka. Body image (citra tubuh) dapat berubah dalam
beberapa jam, hari, minggu atau pun bulan tergantung pada stimuli eksterna
dalam tubuh dan perubahan aktual dalam penampilan, stuktur dan fungsi.
2.
Ideal Diri
Ideal diri adalah persepsi individu
tentang bagaimana ia seharusnya bertingkah laku berdasarkan standar pribadi.
Standar dapat berhubungan dengan tipe orang yang diinginkan/disukainya atau
sejumlah aspirasi, tujuan, nilai yang diraih. Ideal diri akan mewujudkan
cita-cita ataupun penghargaan diri berdasarkan norma-norma sosial di masyarakat
tempat individu tersebut melahirkan penyesuaian diri. Ideal diri berperan
sebagai pengatur internal dan membantu individu mempertahankan kemampuan
menghadapi konflik atau kondisi yang membuat bingung. Ideal diri penting untuk
mempertahankan kesehatan dan
keseimbangan mental. Pembentukan ideal diri dimulai pada masa anak-anak
dipengaruhi oleh orang yang dekat dengan dirinya yang memberikan harapan atau
tuntunan tertentu. Seiring dengan berjalannya waktu individu
menginternalisasikan harapan tersebut dan akan membentuk dari dasar ideal diri.
Pada usia remaja, ideal diri akan terbentuk melalui proses identifikasi pada
orang tua, guru dan teman. Pada usia yang lebih tua dilakukan penyesuaian yang
merefleksikan berkurangnya kekuatan fisik dan perubahan peran serta tanggung
jawab.
Menurut Anna Keliat (2005), ada beberapa faktor yang mempengaruhi ideal diri,
yaitu:
a.
Kecenderungan
individu menetapkan ideal pada batas kemampuannya.
b.
Faktor
budaya akan mempengaruhi individu menetapkan ideal diri.
c. Ambisi dan keinginan
untuk melebihi dan berhasil, kebutuhan yang realistis, keinginan untuk
mengklaim diri dari kegagalan, perasaan cemas dan rendah diri.
d.
Kebutuhan yang
realistis.
e.
Keinginan untuk
menghidari kegagalan.
f.
Perasaan cemas dan
rendah diri.
Ideal diri hendaknya ditetapkan
tidak terlalu tinggi, tetapi masih lebih tinggi dari kemampuan agar tetap
menjadi pendorong dan masih dapat dicapai.
3.
Harga Diri
Harga diri adalah penilaian pribadi
terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisis seberapa banyak kesesuaian
tingkah laku dengan ideal dirinya. Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan
orang lain, yaitu dicintai, dihormati dan dihargai. Mereka yang menilai dirinya
positif cenderung bahagia, sehat, berhasil dan dapat menyesuaikan diri, sebaliknya
individu akan merasa dirinya negatif, relatif tidak sehat, cemas, tertekan,
pesimis, merasa tidak dicintai atau tidak diterima di lingkungannya.
Harga diri dibentuk sejak kecil dari adanya penerimaan dan perhatian. Harga
diri akan meningkat sesuai dengan meningkatnya usia. Harga diri akan sangat
mengancam pada saat pubertas, karena pada saat ini harga diri mengalami
perubahan, karena banyak keputusan yang harus dibuat menyangkut dirinya
sendiri. Harga diri tinggi terkait dengan ansietas yang rendah, efektif dalam
kelompok dan diterima oleh orang lain. Harga diri rendah terkait dengan
hubungan interpersonal yang buruk, resiko terjadi depresi, dan skizofrenia. Gangguan harga diri dapat
digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri termasuk hilangnya
percaya diri dan harga diri.
4.
Identitas
Gb. 3 : pentingnya identitas diri bagi setiap orang
Identitas
adalah pengorganisasian prinsip dari kepribadian yang bertanggung jawab
terhadap kesatuan, kesinambungan, konsistensi, dan keunikan individu. Mempunyai
konotasi otonomi dan meliputi persepsi seksualitas seseorang. Pembentukan
identitas dimulai pada masa bayi dan seterusnya berlangsung sepanjang kehidupan
tapi merupakan tugas utama pada masa remaja. Pada masa anak- anak ,
untuk membentuk identitas dirinya, anak harus mampu membawa semua perilaku yang
di pelajari kedalam keutuhan yang koheren , konsisten dan unik. Rasa identitas
ini secara kontiniu timbul dan di pengaruhi oleh situasi sepanjang hidup. Pada
masa remaja , banyak terjadi perubahan fisik, emosional, kognitif dan social.
Dimana dalam masa ini apabila tidak dapt memenuhi harapan dorongan diri pribadi
dan social yang membantu mendefinisikan tentang diri maka remaja ini dapat
mengalami kebingungan identitas. Seseorang dengan rasa identitas yang kuat akan
merasa terintegrasi bukan terbelah.
5.
Peran
(Role Performance)
Gb. 4 : peran dalam lingkungan sosial
Peran adalah serangkaian pola perilaku
yang diharapkan oleh lingkungan sosial berhubungan dengan fungsi individu di
berbagai kelompok sosial. Peran yang ditetapkan adalah peran dimana seseorang
tidak mempunyai pilihan. Peran yang diterima adalah peran yang terpilih atau
dipilih oleh individu.
Peran adalah sikap dan perilaku nilai serta tujuan yang diharapkan dari
seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat. Harga diri yang tinggi merupakan
hasil dari peran yang memenuhi kebutuhan dan cocok dengan ideal diri. Posisi di
masyarakat dapat merupakan stressor terhadap peran karena struktur sosial yang
menimbulkan kesukaran, tuntutan serta posisi yang tidak mungkin dilaksanakan.
C.
Konsep Diri Positif dan Konsep Diri Negatif
Gb. 5 : konsep diri positif dan konsep diri negatif
Menurut Calhoun
dan Acocela (1990), dalam perkembangannya
konsep diri terbagi menjadi dua, yaitu konsep diri positif dan konsep diri
negatif.
1.
Konsep Diri Positif
Konsep diri positif kepada penerimaan diri bukan
sebagai suatu kebanggaan yang besar tentang diri. Konsep diri yang positif
bersifat stabil dan bervariasi. Individu yang memiliki konsep diri positif
adalah individu yang tahu betul tentang dirinya.
Individu
dapat memahami dan menerima sejumlah fakta yang sangat bermacam-macam tentang
dirinya sendiri, evaluasi terhadap dirinya sendiri menjadi positif dan dapat
menerima keberadaan orang lain.
Individu
yang memiliki konsep diri positif akan merancang tujuan-tujuan yang sesuai
dengan realitas, yaitu tujuan yang memiliki kemungkinan besar untuk dapat
dicapai, mampu menghadapi kehidupan di depannya serta menganggap bahwa hidup
adalah suatu proses penemuan. Singkatnya, individu yang memiliki konsep diri
positif adalah individu yang tahu betulsiapa dirinya sehingga dirinya menerima
segala kelebihan dan kekurangan, evaluasi terhadap dirinya menjadi lebih
positif dan mampu merancang tujuan-tujuan yang sesuai dengan realitas.
Seseorang yang
memiliki konsep diri positif memiliki karakterikstik seperti berikut:
a.
Merasa
sanggup menyelesaikan masalah yang terjadi. Pemahaman diri terhadap kemampuan
subyektif dalam menyelesaikan masalah-masalah obyektif yang dihadapi.
b.
Merasa
sepadan dengan orang lain. Seseorang yang memiliki konsep diri positif memiliki
pemikiran bahwa saat dilahirkan manusia tidak membawa kekayaan dan pengetahuan.
Kekayakan dan pengetahuan bisa dimiliki dari bekerja dan proses belajar selama
hidup. Hal inilah yang mendasari sikap seseorang yang tidak merasa kurang
ataupun lebih dari orang lain.
c.
Tidak
malu saat dipuji. Konsep diri positif membangun pribadi yang memiliki pemahaman
bahwa pujian atau penghargaan layak diterima seseorang berdasarkan hasil yang
telah dicapainya.
d.
Merasa
mampu memperbaiki diri. Dengan memiliki konsep diri positif seseorang akan
merasa mampu untuk memperbaiki sikap yang dirasa kurang.
2.
Konsep Diri Negatif
Calhoun dan Acocela membagi konsep diri
negatif menjadi dua tipe, yaitu : Pandangan individu tentang dirinya sendiri
benar-benar tidak teratur, tidak memiliki perasaan kestabilan dan keutuhan
diri. Individu tersebut benar-benar tidak tahu siapa dirinya, kelebihan dan
kelemahannya atau cara hidup yang tepat. Singkatnya, individu yang memiliki
konsep diri negatif terdiri dari 2 tipe, tipe pertama yaitu individu yang tidak
tahu siapa dirinya dan tidak mengetahui kekurangan dan kelebihannya, sedangkan
tipe kedua adalah individu yang memandang dirinya dengan sangat teratur dan
stabil. Seseorang dengan konsep diri negatif akan menunjukkan karakteristik
seperti berikut ini:
a. Sensitif
terhadap kritik. Pemilik konsep diri negatif biasanya kurang bisa menerima
kritik dari orang lain sebagai upaya refleksi diri.
b. Senang
dengan pujian. Sikap berlebihan terhadap tindakan yang dilakukan sehingga
merasa perlu mendapat penghargaan terhadap segala tindakannya.
c. Merasa
tidak disukai orang lain. Selalu muncul anggapan bahwa orang lain disekitarnya
akan memandang negatif terhadap dirinya.
d. Suka
mengkritik orang lain. Meski tidak suka dikritik namun pribadi ini senang
sekali menghujani kritikan negatif kepada orang lain.
e. Bermasalah
dengan lingkungan sosialnya. Pribadi yang memiliki konsep diri negatif merasa
kurang mampu berinteraksi dengan orang lain.
D.
Mengembangkan Perkembangan Konsep Diri
Gb. 6 : cara untuk mengembangkan konsep diri
Konsep diri terbentuk melalui proses
belajar sejak masa pertumbuhan
seseorang manusia dari kecil hingga dewasa. Lingkungan dan pengalaman orang
tua turut memberikan pengaruh yang signifikan terhadap konsep diri
yang terbentuk. Sikap orang tua dan lingkungan akan menjadi bahan informasi
bagi anak untuk tumbuh menilai siapa dirinya. Lingkungan yang kurang
mendukung akan membentuk konsep diri yang negatif. Jika lingkungan dan orang tua
mendukung dan memberikan sifat
baik
akan membentuk konsep diri siswa yang positif.
Menurut Charles Horton Cooley konsep diri dapat
dimunculkan dengan melakukan
pembayangan
diri sendiri sebagai orang lain, yang disebutnya sebagai looking-glass self (diri-cermin)
seakan-akan kita menaruh cermin
dihadapan
kita sendiri. Prosesnya dimulai dengan membayangkan bagaimana kita tampak
pada orang lain, kita melihat sekilas diri kita seperti dalam cermin.
Misalnya, kita merasa wajah kita menarik atau tidak menarik. Proses kedua,
kita membayangkan bagaimana orang lain menilai penampilan kita. Apakah
orang lain menjadi kita menarik, cerdas atau tidak menarik. Proses
ketiga, kita kemudian mengalami perasaan bangga atau kecewa atas
percampuran penilaian diri kita sendiri dan penilaian orang lain. Jika
penilaian kita terhadap diri sendiri positif, dan orang lain pun menilai kita
positif, maka kita kemudian mengembangkan konsep diri yang positif. Begitu
sebaliknya, penilaian orang lain terhadap diri kita negatif, dan kita pun
menilai diri kita negatif, maka kemudian kita mengembangkan konsep
diri yang negatif.
Menurut
Verderber, upaya mengembangkan perkembangan konsip diri
individu dapat dilakukan dengan cara:
a.
Self-appraisal
Istilah ini menunjukkan suatu pandangan
yang menjadikan diri sendiri
sebagai
objek dalam komunikasi atau dengan kata lain adanya kesan kita terhadap diri kita
sendiri.
b.
Reaction and Response
of Others
Konsep diri itu tidak saja berkembang
melalui pandangan kita terhadap
diri
sendiri, namun berkembang dalam rangka interaksi kita dengan masyarakat. Dengan
demikian apa yang ada pada diri kita dievaluasi oleh orang lain melalui
interaksi kita dengan orang tersebut, dan pada gilirannya evaluasi
masing-masing individu mempengaruhi
perkembangan
konsep diri kita.
c.
Roles You Play-Role
Taking
Peran memiliki pengaruh terhadap konsep
diri, adanya aspek peran
yang
kita mainkan sedikit banyak akan mempengaruhi konsep diri individu. Peran yang
individu mainkan itu adalah hasil dari sistem nilai individu. Individu
dapat memotret diri sebagai individu yang bermain sesuai persepsi yang
didasarkan pada pengalaman diri sendiri, yang di dalamnya terdapat unsur
selektivitas dari keinginan individu untuk memainkan peran.
d.
Reference Groups
Konsep diri individu juga terbentuk dari
adanya kelompok yang bercirikan
individu itu terkumpul dalam suatu kelompok atau komunitas yang
diiinginkan. Setiap kelompok tersebut mempunyai ikatan enosional yang
pada akhirnya dapat berpengaruh terhadap pembentukan konsep diri individu. Dalam
kelompok tersebut individu
akan
mengarahkan perilakunya dan menyesuaikan dirinya sesuai dengan ciri-ciri dan
karakteristik kelompoknya itu. Artinya jika kelompok ini kita anggap penting
dalam arti mereka dapat menilai dan bereaksi pada kita, hal ini akan menjadi
kekuatan untuk menentukan konsep diri. Jadi cara kita menilai diri kita
merupakan bagian dari fungsi
kita dievaluasi oleh kelompok rujukan.
e.
Berpikir
positif
Segala sesuatu tergantung pada cara kita
memandang segala sesuatu
baik
terhadap persoalan maupun terhadap seseorang, artinya kendalikan pikiran jika
pikiran itu mulai menyesatkan jiwa dan raga.
f.
Jangan memusuhi diri
sendiri
Sikap menyalahkan diri sendiri yang
berlebihan merupakan pertanda
bahwa
ada permusuhan dengan kenyataan diri akan menimbulkan konsep diri yang negatif
E.
Pengaruh Konsep Diri Terhadap Prestasi
1.
Pengertian Prestasi
Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh seseorang setelah
ia melakukan perubahan belajar, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Webster’s
New International Dictionary mengungkapkan bahwa prestasi adalah : “Achievement
test a standardised test for measuring the skill or knowledge by person in one
more lines of work a sudy”. Prestasi
adalah tes standar untuk mengukur kecakapan atau pengetahuan bagi seseorang dalam satu
atau lebih garis-garis pekerjaan atau belajar. Prestasi belajar yang dicapai seorang
individu merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhinya
baik dari dalam diri (faktor internal) maupun dari luar diri (faktor eksternal)
individu.
Gb. 7 : prestasi
Sumber penguat belajar dapat secara ekstrinsik (nilai, pengakuan,
penghargaan) dan dapat secara intrinsik (kegairahan untuk menyelidiki,
mengartikan situasi). Prestasi belajar ialah hasil usaha bekerja atau belajar
yang menunjukkan ukuran kecakapan yang dicapai. Siswa
harus memiliki prestasi belajar yang baik demi terciptanya manusia yang
berkualitas dan berprestasi tinggi. Prestasi belajar merupakan tolak ukur
maksimal yang telah dicapai siswa setelah melakukan proses belajar selama waktu
yang ditentukan. Prestasi belajar siswa banyak dipengaruhi oleh berbagai
faktor, baik berasal dari dalam dirinya (internal) maupun dari luar dirinya
(eksternal).
2.
Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Faktor yang
dapat mempengaruhi prestasi belajar yang
dikhusukan ke konsep diri, adalah adanya konsep diri yang tinggi. Konsep diri yang tinggi akan memudahkan siswa belajar secara teratur
dan terarah. Sedangkan konsep diri rendah akan menjadikan seseorang memiliki perasaan tidak mampu memahami diri sendiri, rendah diri, sehingga siswa tersebut menjadi
minder bergaul dan mengurangi interaksi di sekolah. Selain itu konsep diri yang tinggi menjadikan
seeorang menjadi percaya diri atas apa yang dimilikinya sehingga menjadikan
seseorang agar selalu berpikir positif terhadap dirinya sendiri.
3. Hubungan Konsep Diri terhadap Prestasi
Belajar
Konsep diri menjadikan
seseorang melakukan suatu perbuatan tertentu sehingga konsep diri sangat
dibutuhkan dalam membentuk kepribadian seseorang. Prestasi belajar dapat ditentukan oleh
berbagai aspek salah satunya adalah konsep diri. Ketika seorang individu
mempunyai konsep diri yang baik sehingga dapat melahirkan suatu pola berpikir
yang positif, maka hal itu akan memudahkan seseorang untuk mencapai suatu
tujuan yang terarah. Hubungan konsep diri dengan prestasi diantaranya:
a.
Meningkatkan Motivasi
Motivasi yang tumbuh dari dalam diri seseorang (internal) maupun dari luar
diri seseorang (eksternal) dapat mempengaruhi konsep diri yang akan dibentuk
dan dibangun sehingga hal itu menjadi salah satu pemicu pembentukan
kepribadian. Jika seseorang mempunyai konsep diri yang positif, maka hal itu
dapat meningkatakan motivasi seseorang dan mendorongnya untuk melakukan suatu dalam
meningkatkan prestasi belajar.
b.
Meningkatkan rasa percaya diri
Ketika seseorang sudah memiliki konsep diri yang positif, maka akan
melahirkan rasa percaya diri di dalam diriya. Sehingga memudahkan seseorang
untuk berinteraksi dan melakukan berbagai macam kegiatan yang dapat menunjang
prestasi belajar seseorang.
c.
Menjadikan seseorang memahami dirinya, baik kelebihan dan kekurangannya
Konsep diri yang positif menjadikan seseorang lebih memahami siapa dirinya,
kemampuannya dan kekurangannya. Jika seseorang telah mengetahui kelebihan dan
kekurangannya, maka ia akan mengetahui hal-hal apa saja yang harus dilakukan
untuk mencapai tujuan tertentu seperti hal nya prestasi belajar.
d.
Menjadikan seseorang untuk berpikir positif
Pikiran positif yang ada pada diri seseorang berasal dari pengkonsepan
seseorang mengenai dirinya sendiri. Hal itu terbentuk dari faktor internal
maupun eksternal. Ketika seseorang dapat berpikir positif mengenai berbagai hal
termasuk mengenal diri sendiri maka itu akan memudahkannya untuk mencapai
prestasi belajar yang baik.
e.
Memudahkan seseorang dalam belajar
Konsep diri yang positif akan melahirkan berbagai hal yang positif seperti
berpikir positif, motivasi, pemahaman terhadap diri sendiri, meningkatkan rasa
percaya diri, dan lain sebagainya. Dengan adanya pengkonsepan diri yang
positif, maka akan memudahkan seseorang dalam mencapai tujuannya. Memudahkan
seseorang dalam proes belajar, sehingga dapat menunjang prestasi belajar yang
baik.
BAB III
PENUTUP
Konsep
diri adalah cara pandang menyeluruh
tentang dirinya yang
merupakan penilaian tentang diri, bagaimana individu memandang
dan menilai diri dalam bersikap dan berperilaku sehingga akan
mempengaruhi tindakan dan pandangan yang berdasarkan pada penilaian
tentang diri siswa baik kondisi fisik maupun lingkungan terdekatnya. Konsep diri merupakan gambaran seorang
individu tentang dirinya secara fisk, sosial, dan psikologis yang diperoleh
melalui interaksi dengan orang lain.
Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh seseorang setelah
ia melakukan perubahan belajar. Prestasi belajar seseorang juga ditentukan oleh
konsep diri yang bentuk oleh diri seseorang. Sehingga, konsep diri yang positif
akan menumbuhkan prestasi belajar yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Mohammad, Muhammad Asrori. (2006). Psikologi Remaja. Jakarta: Bumi Aksara.
Corey, Gerald. (2009). Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: Refika Aditama.
Hurlock, Elizabeth B. (1980). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga.
Panuju, Panut, Ida Umami. (1999). Psikologi Remaja. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Setyoningtyas, Emila. (2009). Kamus Trendy Bahasa Indonesia. Surabaya: Apollo.
Yuliarti, Nurheti. (2008). Menjadi
Penulis Profesional Kiat Jitu Menembus Media Massa dan Penerbitan. Yogyakarta: Media Pressindo.
Yustimah, Ahmad Iskak. (2010). BAHASA INDONESIA TATARAN MADIA untuk SMK
dan MAK Kelas IX. Jakarta:
Erlangga.
Wiranto, Asul. (2010). PELAJARAN
BAHASA DAN SASTRA INDONESIA untuk SMA & MA KELAS X. Jakarta: Grasindo