Ayat Al-Qur'an yang mengandung makna emosi :
"Banyak muka pada hari itu berseri-seri, tertawa dan bergembira ria, dan banyak (pula) muka pada hari itu tertutup debu dan ditutup lagi oleh kegelapan". [Q.S Abasa/80 : 38-41]
Gb. 1 : roda emosi Plutchik
PENGERTIAN EMOSI
Gb. 2 : macam-macam emosi manusia
Kata emosi berasal dari bahasa latin, yaitu emovere yang berarti bergerak menjauh. Arti kata ini menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi. Menurut Daniel Goleman, emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis serta serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Jadi, pengertian emosi adalah suatu perasaan yang mendorong individu untuk merespon atau bertingkah laku terhadap stimulus, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar dirinya.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EMOSI
POLA ASUH ORANGTUA
Gb. 3 : pengaruh orangtua terhadap emosi anak
PENGALAMAN TRAUMATIK
Kejadian-kejadian traumatis masa lalu dapat mempengaruhi perkembangan emosi seseorang, dampaknya jejak rasa takut dan sikap terlalu waspada yang ditimbulkan dapat berlangsung seumur hidup. Kejadian-kejadian traumatis tersebut dapat bersumber dari lingkungan keluarga ataupun lingkungan di luar keluarga.
TEMPERAMEN
Gb. 4 : pengaruh temperamen terhadap emosi
JENIS KELAMIN
Gb. 5 : anak laki-laki dan anak perempuan
USIA PERKEMBANGAN KEMATANGAN EMOSI
Hal ini dikarenakan emosi dipengaruhi oleh tingkat pertumbuhan dan kematangan fisiologis seseorang. Ketika usia semakin tua, kadar hormonal dalam tubuh turut berkurang, sehingga mengakibatkan penurunan pengaruhnya terhadap kondisi emosi.
PERUBAHAN JASMANI
Perubahan jasmani ditunjukkan dengan adanya perubahan yang sangat cepat dari anggota tubuh. Tidak setiap peserta didik dapat menerima perubahan kondisi tubuh seperti ini, lebih-lebih perubahan tersebut menyangkut perubahan kulit yang menjadi kasar dan penuh jerawat. Hormon-hormon tertentu mulai berfungsi sejalan dengan perkembangan alat kelaminnya sehingga dapat menyebabkan rangsangan di dalam tubuh perserta didik dan sering kali menimbulkan masalah dalam perkembangan emosinya.
PERUBAHAN INTERAKSI DENGAN TEMAN SEBAYA
Peserta didik seringkali membangun interaksi sesama teman sebayanya secara khas dengan cara berkumpul untuk melakukan aktivitas bersama dengan membentuk semacam geng. Interaksi antar anggotanya dalam suatu kelompok geng biasanya sangat intens serta memiliki kohesivitas dan solidaritas yang sangat tinggi. Faktor yang sering menimbulkan masalah emosi pada masa ini adalah hubungan cinta dengan teman lawan jenis. Gejala ini sebenarnya sehat bagi peserta didik, tetapi tidak jarang menimbulkan konflik atau gangguan emosi pada mereka jika tidak diikuti dengan bimbingan orangtua atau orang yang lebih dewasa.
PERUBAHAN PANDANGAN LUAR
Ada sejumlah perubahan pandangan dunia luar yang dapat menyebabkan konflik-konflik emosional dalam diri peserta didik, yaitu :
a. sikap dunia luar terhadap peserta didik sering tidak konsisten b. dunia luar atau masyarakat masih menerapkan nilai-nilai yang berbeda untuk peserta didik laki-laki dan perempuan
c. seringkali kekosongan peserta didik dimanfaatkan oleh pihak luar yang tidak bertanggungjawab
PERUBAHAN INTERAKSI DENGAN SEKOLAH
Sekolah merupakan tempat pendidikan yang sangat diidealkan oleh peserta didik. Para guru merupakan tokoh yang sangat penting dalam kehidupan mereka karena selain tokoh intelektual, guru juga merupakan tokoh otoritas bagi peserta didiknya. Oleh karena itu, tidak jarang anak-anak lebih percaya, lebih patuh, bahkan lebih takut kepada guru daripada kepada orangtuanya. Posisi guru disini amat strategis apabila digunakan untuk pengembangan emosi anak melalui penyampaian mater-materi yang positif dan konstruktif.
Ada 3 konsep yang masing-masing mempunyai makna, pengaruh dan konsekuensi yang besar terhadap perkembangan perilaku individu, termasuk juga perilaku remaja.
Nilai
Nilai merupakan
sesuatu yang memungkinkan individu atau kelompok sosial membuat keputusan
mengenai apa yang dibutuhkan atau sebagai suatu yang ingin dicapai. Secara dinamis,
nilai dipelajari dari produk sosial dan secara perlahan diinternalisasikan oleh
individu serta diterima sebagai milik bersama dengan kelompoknya. Nilai merupakan
standar konseptual yang relatif stabil dan emplisit membimbing individu dalam
menentukan tujuan yang ingin dicapai serta aktivitas dalam rangka memenuhi
kebutuhan psikologisnya.
Moral
Istilah moral
berasal dari kata latin Mores yang
artinya tata cara dalam kehidupan, adat istiadat atau kebiasaan. Maksud moral
adalah sesuai dengan ide-ide yang umum diterima tentang tindakan manusia mana
yang baik dan wajar. Moral merupakan kaidah norma dan pranata yang mengatur
perilaku individu dalam kehidupannya dengan kelompok social dan masyarakat. Moral
merupakan standar baik-buruk yang ditentukan bagi individu sebagai anggota sosial.
Moralitas merupakan aspek kepribadian yang diperlukan seseorang dalam kaitannya
dengan kehidupan sosial secara harmonis, adil dan seimbang. Perilaku moral
diperlukan demi terwujudnya kehidupan yang damai penuh keteraturan, ketertiban
dan keharmonisan.
Sikap
Sikap merupakan
salah satu aspek psikologi individu yang sangat penting karena sikap merupakan
kecenderungan untuk berperilaku sehingga akan banyak mewarnai perilaku
seseorang. Sikap setiap orang berbeda atau bervariasi, baik kualitas maupun
jenisnya sehingga perilaku individu menjadi bervariasi. Pentingnya aspek sikap
dalam kehidupan individu, mendorong para psikolog untuk mengembangkan teknik
dan instrumen untuk mengukur sikap manusia. Beberapa tipe skala sikap telah
dikembangkan untuk mengukur sikap individu, kelompok, maupun massa untuk
mengukur pendapat umum sebagai dasar penafsiran dan penilaian sikap.
TEORI PERKEMBANGAN MORAL
TEORI PERKEMBANGAN MORAL JEAN PIAGET
Heteronomous Morality
Adalah tahap pertama perkembangan moral yang terjadi sekitar usia empat sampai tujuh tahun , dimana keadilan dan aturan dianggap sebagai sesuatu yang tidak bisa diubah , diluar kontrol manusia. Heterom berarti tunduk pada aturan yang diberlakukan orang lain. Pemikir heteronomous percaya pada keadilan yang imanen (selalu ada), yakni konsep bahwa jika satu aturan dilanggar, maka hukuman akan segera dijatuhkan. Anak kecil percaya bahwa pelanggaran secara otomatis akan menyebabkan jatuhnya hukuman. Mereka sering kali tampat takut setelah melanggar suatu aturan, bersiap-siap mengahadapi hukuman.
Autonomous Morality
Adalah tahap perkembangan moral kedua , yang tercapai pada usia 10 tahun atau lebih. Pada tahap ini , anak mulai mengetahui bahwa aturan dan hukum adalah buatan manusia dan dalam menilai suatu perbuatan , niat pelaku dan konsekuensinya harus dipikirkan. Pada usia ini ketika anak – anak sanggup melakukan fungsi normal. Setiap anak jika mengikuti suatu permainan menaati seperangkat aturan yang sama. Anak –anak mengerti bahwa aturan ada untuk memberikan arah permainan tersebut dan untuk meminimalkan sengketa diantara para pemain. Mereka mengerti bahwa aturan adalah sesuatu yang disetujui setiap orang dan karena itu, apabila setiap orang setuju mengubahnya, hal itu dapat diubah. Kini aturan adalah apa yang kita buat, hukuman tidak lagi otomatis tetapi harus diberikan dengan pertimbangan.
TEORI PERKEMBANGAN MORAL LAWRENCE KOHLBERG
Tingkat Prakonvensi
Aturan dirumuskan orang lain.
Tahap 1 : Orientasi Hukum dan Ketaatan
Konsekuensi fisik tindakan menentukan kebaikan dan keburukannya.
Tahap 2 : Orientasi Relativis Instrumental
Apa yang benar adalah apa saja yang memuaskan kebutuhan diri sendiri dan kadang-kadang kebutuhan orang lain. Unsur-unsur keadilan dan ketimbal balikan ada, tetapi kebanyakan ditafsirkan dalam bentuk "Anda menggaruk punggung saya, saya akan
menggaruk punggung anda".
Tingkat Konvensi
Individu menganut aturan dan kadang-kadang akan menomor duakan kebutuhan sendiri dibandingkan kebutuhan kelompok. Harapan keluarga, kelompok atau bangsa dipandang bernilai bagi dirinya, tanpa peduli pada konsekuensinya yang langsung dan tampak jelas.
Tahap 3 : Orientasi "Anak Baik"
Perilaku yang baik adalah apa saja yang menyenangkan atau membantu orang lain yang disetujui oleh mereka. Seseorang memperoleh persetujuan dengan sikap "manis".
Tahap 4 : Orientasi "Hukuman dan Keteraturan"
Benar berarti melakukan kewajiban seseorang, dengan memperlihatkan sikap hormat kepada orang yang berwenang dan mempertahankan tatanan sosial tertentu bagi dirinya.
Pasca Konvensi
Orang mendefinisikan nilai-nilainya sendiri berdasar prinsip etika yang telah mereka pilih untuk diikuti.
Tahap 5 : Orientasi Kontrak Sosial
Apa yang benar ditentukan berdasar hak-hak individu umum dan berdasar standar yang telah disepakati oleh seluruh masyarakat. Berbeda dari tahap 4, Undang-Undang tidak "beku"-UU tersebut dapat diubah demi kebaikan masyarakat.
Tahap 6 : Orientasi Prinsip Etika Universal
Apa yang benar ditentukan oleh keputusan suara hati menurut prinsip etika yang dipilih pribadi. Prinsip ini adalah abstrak dan etis (seperti kaidah emas), bukan ketentuan moral spesifik.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN MORAL
1. Kurang tertanamnya jiwa agama pada setiap orang dalam masyarakat
2. Keadaan masyarakat yang kurang stabil
3. Tidak terlaksananya pendidikan moral yang baik
4. Kurangnya kesadaran orangtua akan pentingnya pendidikan moral dasar sejak dini
5. Banyaknya orang melalaikan budi pekerti
6. Suasana rumah tangga yang kurang baik
7. Kurang adanya bimbingan untuk mengisi waktu luang
8. Kurangnya tempat layanan bimbingan
UPAYA PENGEMBANGAN NILAI, MORAL, SIKAP, SERTA IMPLIKASINYA DALAM PENDIDIKAN
MENCIPTAKAN KOMUNIKASI
Dalam komunikasi didahului dengan pemberian informasi tentang nilai-nilai dan moral. Anak tidak pasif mendengarkan dari orang dewasa bagaimana seseorang harus bertingkah laku sesuai dengan norma dan nilai-nilai moral, tetapi anak-anak dirangsang supaya lebih aktif. Hendaknya ada upaya yang mengikut sertakan remaja dalam pembicaraan dan dalam pengambilan keputusan keluarga. Sedangkan dalam kelompok sebaya, remaja turut serta secara aktif dalam tanggungjawab dan penentuan maupun keputusan kelompok. Di sekolah para remaja hendaknya diberi kesempatan berpartisipasi untuk mengembangkan aspek moral, misalnya dalam kerja kelompok sehingga dia belajar untuk tidak melakukan sesuatu yang akan merugikan orang lain karena hal ini tidak sesuai dengan nilai atau norma moral.
MENCIPTAKAN IKLIM LINGKUNGAN YANG SERASI
Seseorang yang mempelajari hidup tertentu dan moral, kemudian berhasil memiliki sikap dan tingkah laku sebagai pencerminan nilai hidup tersebut umumnya adalah seseorang yang hidup dalam lingkungan yang secara positif, jujur dan konsekuen yang senantiasa mendukung bentuk tingkah laku yang merupakan pencerminan nilai hidup tersebut. Ini berarti antara lain, bahwa usaha pengembangan tingkah laku nilai hidup hendaknya tidak hanya mengutamakan pendekatan-pendekatan intelektual semata, tetapi mengutamakan adanya lingkungan yang kondusif dimana faktor-faktor lingkungan itu sendiri merupakan penjelmaan yang konkret dari nilai-nilai hidup tersebut. Karena lingkungan merupakan faktor yang cukup luas dan sangat bervariasi, maka tampaknya yang perlu diperhatikan adalah lingkungan sosial terdekat terutama mereka yang berfungsi sebagai pendidik dan pembina, yaitu orangtua dan guru.
KESIMPULAN
Emosi
adalah suatu perasaan yang mendorong individu untuk merespon atau
bertingkah laku terhadap stimulus, baik yang berasal dari dalam maupun
dari luar dirinya. Faktor-faktor yang mempengaruhi emosi adalah pola asuh orangtua, pengalaman traumatik, temperamen, jenis kelamin, usia perkembangan kematangan emosi, perubahan jasmani, perubahan interaksi dengan teman sebaya, perubahan interaksi dengan sekolah dan perubahan pandangan luar. Ada
3 konsep yang masing-masing mempunyai makna, pengaruh dan konsekuensi
yang besar terhadap perkembangan perilaku individu, termasuk juga
perilaku remaja, yaitu nilai, moral dan sikap. Teori perkembangan moral menurut Jean Piaget dibedakan atas Heteronomous Morality dan Autonomous Morality. Teori perkembangan moral menurut Lawrence Kohlberg dibedakan atas Tingkat Pra Konvensi, Tingkat Konvensi dan Tingkat Pasca Konvensi (ada 6 tahap). Upaya perkembangan moral, nilai dan sikap, serta implikasinya dalam pendidikan adalah dengan menciptakan komunikasi dan menciptakan iklim lingkungan yang serasi.
Menurut saya, kaitan emosi dalam pengajaran fisika adalah guru atau pendidik harus menciptakan kelas yang membuat muridnya merasa senang dan tidak merasa tertekan ketika belajar fisika, pengajaran di kelas menyesuaikan tingkat kematangan emosi peserta didiknya yang relatif masih labil. Jangan terlalu memberikan "perintah", tetapi lebih "mengajak" peserta didiknya. Kaitan emosi terhadap Islam adalah agar emosi setiap orang tetap stabil maka harus lebih mendekatkan diri kepada Allah swt. karena dengan begitu hati akan tenang, maka emosinya juga akan baik. Kaitan emosi dengan psikologi adalah apabila seseorang dapat mengolah emosinya dengan baik maka orang tersebut tidak mudah stress atau orang tersebut tidak mudah terganggu jiwanya.
Desmita. 2012. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung : PT Rosda Karya Remaja
Hartinah. Sitti. 2008. Perkembangan Peserta Didik. Bandung : Refika Utama
Muhibbin, Syah. 2010. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung : PT Rosda Karya Remaja
Jufri, A Wahab. 2010. Belajar dan Pembelajaran Sains. Mataram : Arga Puji Press
REFERENSI
Abin, Syamsuddin Makmun. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung : PT Rosda Karya RemajaDesmita. 2012. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung : PT Rosda Karya Remaja
Hartinah. Sitti. 2008. Perkembangan Peserta Didik. Bandung : Refika Utama
Muhibbin, Syah. 2010. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung : PT Rosda Karya Remaja
Jufri, A Wahab. 2010. Belajar dan Pembelajaran Sains. Mataram : Arga Puji Press
Tidak ada komentar:
Posting Komentar